Agenda Jalur Rempah di Samudera Pasai

 



Oleh :Farhan Zuhri Baihaqi

Melaporkan dari Lhokseumawe

Tenaga Ahli Bidang Adat dan Kebudayaan Pemko Lhokseumawe, Alumnus Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry

Selasa, 4 Mei 2021 saya mendampingi Wakil Wali kota, Sekda serta beberapa SKPK yang ada di lingkungan Kota Lhokseumawe menyambut kedatangan rombongan Tim Jalur Rempah Kemendikbudristek didampingi Pimpinan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) serta Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Aceh. Pertemuan tersebut tidak hanya sebatas koordinasi yang berlangsung di Oproom Walikota Lhokseumawe tapi juga peninjauan lokasi seperti Museum Kota Lhokseumawe (MKL) serta Pelabuhan Lhokseumawe.

Maksud kedatangan Tim Jalur Rempah yang diketuai oleh Bapak Ananto Kusuma ini merupakan untuk persiapan pelaksanaan event Jalur Rempah yang akan dilaksanakan di Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara di akhir bulan September nantinya. Kegiatan yang diselenggarakan di Kota Gas ini merupakan salah satu dari serangkaian event Jalur Rempah serta mengundang perhatian masyarakat luas.

Lantas, apa itu Jalur Rempah?

Menurut laman resmi https://jalurrempah.kemdikbud.go.id/ Jalur Rempah adalah sebuah program yang bertujuan untuk melihat warisan masa lalu, menghidupkan masa depan demi kesejahteraan bersama. Jalur Rempah mencakup berbagai lintasan dari timur Asia hingga barat Eropa terhubung dengan Benua Amerika, Afrika dan Australia. Suatu lintasan peradaban bermacam bentuk, garis lurus, lingkaran, silang, bahkan berbentuk jejaring.

Di Indonesia, wujud rute perniagaan rempah mencakup banyak hal. Tidak hanya berdiri di satu titik penghasil rempah, namun juga mencakup berbagai titik yang bisa dijumpai di Indonesia dan membentuk suatu lintasan peradaban yang berkelanjutan. Program Jalur Rempah melihat kembali lintasan rute perdagangan rempah dari satu titik ke titik lainnya, menghidupkan kembali beragam kisahnya, menghubungkan kembali berbagai jejaknya.

Menghidupkan kembali narasi sejarah yang umumnya tidak memperlihatkan peran orang Indonesia dalam pembentukan Jalur Rempah. Program ini bertekad keras mencatat peran mereka yang berada di titik-titik perdagangan rempah, menghubungkan serangkaian benang merah yang belum terdokumentasikan dan tampak samar-samar dalam narasi sejarah.

Jejak Jalur Rempah di Aceh

Dr. Bustami Abubakar, M.Hum Sekretaris Asosiasi Antropoli Indonesia yang Juga Akademisi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry dalam talkshow yang disiarkan oleh Serambi FM 31 Maret lalu mengatakan “Aceh dalam Perspektif Sejarah di Abad ke 16 telah dikenal Dunia, dengan rempahnya yang berkualitas tinggi terutana lada yang di ekspor ke benua Eropa dan Jalur penting yang dikuasai Aceh saat itu adalah Selat Malaka.” Negara-Negara Eropa sangat membutuhkan rempah di saat itu sejenis lada, cengkeh hingga pala karena bisa menjadi penawa dari wabah besar yang terjadi disaat itu.

Jejak Jalur Rempah juga berhubungan erat dengan Cagar Budaya, salah satunya dengan ditemukan nya bongkahan puing sebuah bangunan yang diperkirakan sebagai struktur menara pantau jalur perdagangan yang menghubungkan Kecamatan Kutaradja dengan Kecamatan Meuraxa atau peabuhan Ulee Lheu. Diperkirakan sisa bangunan tersebut diciptakan pada masa Sultan Alauddin Al-Qahhar Putra dari Sultan Ali Mughayat Syah sekitar abad ke 17, bahkan Menurut salah satu Arkelog BPCB Aceh, Ambo Asse Ajis mengatakan bahwa Keahlian kerajaan Aceh diyakini muncul pada masa Sultan Alauddin Al-Qahhar. Dengan karakter terbuka Sultan Alauddin Al-Qahhar bisa bersinergi dengan bangsa-bangsa asing serta beliau mempekerjakan orang orang asing dalam membangun kontruksi bangunan sehingga lahir lah benteng benteng yang luar biasa seperti benteng Iskandar Muda.

Jalur Rempah sebagai Warisan Budaya Dunia

Nah, dalam Pertemuan di Oproom seperti di awal disebtukan tadi, Ananto Kusuma selaku ketua Program Jalur Rempah Menjelaskan terkait program tahun ini yang  memasuki tahun kedua Festival Jalur Rempah dan untuk tahun ini Kemendikbudristek Republik Indonesia akan melakukan rangkaian kunjungan ke tiga belas titik penting yang akan dimulai pada 17 Agustus 2021 bertepatan Hari Ulang Tahun ke-77 Republik Indonesia, dan berakhir 28 Oktober tepatnya hari peringatan Hari Sumpah Pemuda serta akan singgah di Lhokseumawe Aceh 24 September 2021.

Menggunakan Kapal KRI Dewaruci, perjalanan akan dimulai dari Pulau Banda di Maluku. Dari sana perjalanan dilanjutkan ke Ternate dan Makassar. Selanjutnya adalah Banjarmasin, Tanjung Uban Kepulauan Riau dan Belawan. Dari Sumatera Utara perjalanan dilanjutkan ke Lhokseumawe dan Banda Aceh. Dari Aceh ekspedisi akan berlanjut ke Padang, Banten, Sunda Kelapa, Semarang, Bali dan berakhir di Surabaya. Kapal Dewaruci nantinya akan mengangangkut delegasi pegiat budaya di setiap provinsi di Indonesia.

Di tahun 2024 nanti, pemerintah Indonesia juga akan mengusulkan Jalur Rempah sebagai salah salah satu warisan budaya dunia miliknya Indonesia ke UNESCO, Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Usulan tersebut bukan sekadar 'legacy' atau peninggalan dari masa 4.500 tahun lalu, tetapi juga menyangkut peremajaan ladang, industri obat herbal serta paket pariwisata.

Melalui usulan tersebut, tim Kemendikbudristek berupaya merekonstruksi perdagangan rempah di Nusantara yang berlangsung berabad-abad lalu dengan harapan dapat mendorong kemajuan perekonomian demi kesejahteraan masyarakat.

Agenda Jalur Rempah Di Samudera Pasai (Lhoseumawe dan Aceh Utara)

Di akhir 2020 Ditjen Kebudayaan di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI melalui Ketua Komite jalur Rempah, Ananto Kusuma menyatakan Aceh merupakan ujung tombak dari program jalur rempah.untuk itu Untuk itu Aceh diminta mendukung program nasional terkait pengusulan jaringan perdagangan rempah-rempah nasional sebagai warisan budaya dunia ke organisasi internasional di bawah PBB.

Terkait dengan pernyataan tersebut Akan ada beberapa event yang akan terlaksana sesuai dengan usulan pelaksanaan Carnival Budaya Jalur Rempah di Kota Lhokseumawe serta Aceh Utara September nanti. Diantaranya kunjungan ke komplek Makam Samudera Pasai, kunjungan ke kebun lada serta Museum Islam Samudera Pasai. Lebih lanjut event yang juga akan dilaksanakn di Museum Kota Lhokseumawe antara lain pameran bertema Jalur Rempah, silang budaya pesisir dan pengunungan Aceh yang dapat menampilkan potensi budaya yang terkait pesisir dan pengunungan, mengekspose kekayaan alam dan budaya seperti kopi, nilam, sere wangi, pinang, cerita rakyat, Manusrkrip, wastra alat musik serta kuliner.

Di akhir rapat koordinasi yang dilaksanakan pada tanggal 4 Mei lalu, Wakil Walikota mengharapkandengan event Jalur Rempah ini bisa meningkatkan taraf kebudayaan di Lhokseumawe serta Aceh secara keseluruhan. Selain itu beliau juga mengharapkan agar ada pendapingan dari Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek untuk menguatkan kapasitas para pelaku budaya serta seniman yang ada di Lhokseumawe.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar