Pemanfaatan Sastra Religi di Aceh (Formula Lifestyle Islami)



Farhan Zuhri Baihaqi And Friends
Akhir-akhir ini generasi muda Aceh masih kurang percaya diri dengan gaya hidup (lifestyle) islami serta penegakan syariat Islam dengan menyeluruh (secara kaffah). Padahal Aceh telah ditetapkan sebagai kawasan syariat Islam, percaya atau tidak percaya pelebelan syariat Islam masih hanya sebatas penetapan saja, Tercatat masih banyak para remaja atau pemuda yang amoral dan enggan mengikuti pola hidup yang baik (islami). Lifestyle (gaya hidup) seperti gaya berpakaian pun berkiblat dari negaranegara Barat hingga Asia Timur (seperti Korea).

Lifestyle tersebut berasal dari konsumsi mereka terhadap film atau sinetron dari aktor-aktor serta beberapa medium-medium lainnya. Seiring waktu berjalan, lifestyle islami masih saja kurang peminat dalam implementasinya, medium dakwah di atas mimbar oleh para da’i pun hanya di konsumsi oleh sedikit anak manusia saja. Islam seolah-olah hanya sebatas pada peribadatan yang kaku dan statis, serta Islam seringkali dikesampingkan dalam praktik kehidupan duniawi.
Dari fenomana tersebut sepertinya akan lebih tepat kita memperhatikan serta memanfaatkan pendekatan lama yang perludiinovasikan dengan zaman sekarang, untuk membumikan syiar pola hidup islami secara global terhadap generasi penerus. Pendekatan yang lebih menggoda para muda-mudi serta bersifat mudah diterima tentunya dengan pola modern, pada dulunya pendekatan ini pernah menjadi senjata ampuh pemicu semangat keislaman, yaitu pendekatan sastra religi.
Pada dasarnya setiap manusia mempunyaikedekatan yang kuat dengan sastra, ini dibuktikan dari banyak karya sastra yang lahir dari pengalaman hidup manusia, dengan karya sastra banyak manusia belajar dan berkembang serta menyesuaikan diri. Sehingga melahirkan sebuah pengertian bahwa sastra adalah sebuah cerminan kehidupan yang dikemukakan oleh seorang sastrawan Arab Syaifud Dhaif” pada masa lampau.

Melalui karya sastra, pesan religi yang disampaikanbisa menembus semua lapisan masyarakat. Kalangan atau golongan tertentu yang awalnya sulit ditembus oleh para pendakwah dengan sendirinyaakan menyerap nilai-nilai dan faham yang ada di dalam karya sastra itu secara tidak langsung. Akibatnya, karya sastra merupakan alat dakwahyang sangat efektif terhadap persebaran faham atau ideologi tertentu.

Sejenak kita pahami bahwa Alquran adalahbahasa dan sastra paling tinggi, coba perhatikan bagaimana Allah telah menceritakan begitu banyak kisah para nabi dan rasul serta umat-umat terdahulu yang menjadi i’tibar (bahan pertimbangan) bagi manusia untuk menjalani kehidupan masa yang akan datang, kisah-kisah tersebut dengan bahasa yangpenuh makna dan merupakan bagian dari sastra paling agung, dari kisah-kisah tersebut dapat menambah kekuatan iman bagi mereka yang menadaburkan kandungan Alquran, dengan demikian sastra begitu melekat dalam setiap benak anak Adam karena ia tercipta dari realita kehidupan dan dituangkan menjadi sebuah karya (produk sastra).
Dalam bingkai keacehan sastra amatlahpenting untuk penegakan kehidupan bersifat religius, karena Aceh pernah dilabelkan pusat kebudayaan Islam termasuk perkembangan karya sastra religi yang fenomenal, di Aceh sastra telah berkembang seiring zaman perkembangan peradaban dan sejarah dari abad ke abad serta baru dikenal (disalin) pada abad ke-14, dalam sejarah telah tercatat pula bagaimana Teungku Chik Haji Muhammad Pante Kulu seorang ulama besar Aceh dengan karyanya “Hikayat Prang Sabil” telah mengilustrasikan ruh-ruh para pejuang dimasa itu,
“Hikayat Perang Sabil” terdiridari 4 kisah yakni, kisah “Ainul Mardijah:, kisah “Pasukan Gajah”, kisah “Sa’id Salmy” dan kisah “Budak Mati Hidup Kembali”. Dalam kajian lebih lanjut terdiri dari empat bagian (cerita). Pertama, mengisahkan tentang Ainul Mardhiah, sosok bidadari dari surga yang menanti jodohnya orang-orang syahid yang berperang di jalan Allah. Kedua, mengisahkan pahala syahid bagi orang-orang yang tewas dalam perang sabil. Ketiga, mengisahkan tentang Said Salamy, seorang Habsyi berkulit hitam dan buruk rupa. Keempat, menceritakan tentang kisah Muda Belia yang sangat mempengaruhi jiwa para pemuda untuk berjihad di medan perang melawan kezaliman penjajahan Belanda.

Tak hanya Teungku Chik Haji Muhammad Pante Kulu, Syeh Hamzah Fansuri juga telahmenyampaikan syiar keimanan melalui syair, salah satunya “Perahu”, Hamzah Fansuri menyajikan syair “perahu” dengan kata-kata indah yang berisikan tentang perjalanan hidup manusia mencapai pulau kemenangan yaitu akhirat dan bagaimana membenahi iman agar ketika kita mengarungi jalan tersebut,kita melaluinya dengan sebaik-baiknya. Nilai yang terkandung dalam bait ini adalah nilai tauhid kini syair “Perahu” telah di jadikan lagu oleh Rafly Kande (musisi Aceh).
Berangkat dari histori tersebut kini di zaman dunia cyber nan maya dimana media online bisa menjadi distributor produk sastra yang menyuplai pesan-pesan sampai kepada konsumen di dunia maya. Apresiasi sastra harus kembali bangkit dalam rangka membumikan gaya hidup islami di bumi Serambi Mekkah, sudah saatnya Aceh kembali berjaya dan menjadi muara karya-karya sastra religi (islami). karena apresiasi sastra tidak hanya terbatas pada tulisan namun lebih luas dari itu, sastra ada dan hidup dan berkembang di benak anak Adam dan tertuang dalam karya-karya yang diciptakan, karya sastra juga tidak terbatas pada syair, puisi atau novel namun film, drama ,teaterikalbahkan pentas musikalisasi puisi.


Himbauan bagi para pegiat serta pecinta sastra di Aceh untuk mempertimbangkan konsumen secara global dengan landasan pola islami, tuangkan imaginasi yang layak untuk Negeri Ujung Barat Indonesia yang kita cintai, semoga dengan sastra religi (islami), perwujudan gaya hidup islami bisa mengantarkan kepada penetapan syariat Islam di Aceh dengan kaffah. Wallahualam.

Oleh: Farhan Zuhri Baihaqi 
Alumnus Bahasa dan Sastra Arab UIN Ar-Raniry

Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Pemanfaatan Sastra Religi di Aceh (Formula Lifestyle Islami), https://aceh.tribunnews.com/2017/07/23/pemanfaatan-sastra-religi-di-aceh-formula-lifestyle-islami.

Editor: bakri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar