Farhan Zuhri Baihaqi And Friends |
Lifestyle tersebut berasal dari konsumsi mereka terhadap
film atau sinetron dari aktor-aktor serta beberapa medium-medium lainnya.
Seiring waktu berjalan, lifestyle islami masih saja kurang peminat dalam
implementasinya, medium dakwah di atas mimbar oleh para da’i pun hanya di
konsumsi oleh sedikit anak manusia saja. Islam seolah-olah
hanya sebatas pada peribadatan yang kaku dan statis, serta Islam seringkali
dikesampingkan dalam praktik kehidupan duniawi.
Dari fenomana tersebut sepertinya akan lebih tepat kita
memperhatikan serta memanfaatkan pendekatan lama yang perludiinovasikan dengan
zaman sekarang, untuk membumikan syiar pola hidup islami secara global terhadap
generasi penerus. Pendekatan yang lebih menggoda para muda-mudi serta bersifat
mudah diterima tentunya dengan pola modern, pada dulunya pendekatan ini pernah
menjadi senjata ampuh pemicu semangat keislaman, yaitu pendekatan sastra
religi.
Pada dasarnya setiap manusia mempunyaikedekatan yang kuat
dengan sastra, ini dibuktikan dari banyak karya sastra yang lahir dari
pengalaman hidup manusia, dengan karya sastra banyak manusia belajar dan
berkembang serta menyesuaikan diri. Sehingga melahirkan sebuah pengertian bahwa
sastra adalah sebuah cerminan kehidupan yang dikemukakan oleh seorang sastrawan
Arab Syaifud Dhaif” pada masa lampau.
Melalui karya sastra, pesan religi yang disampaikanbisa
menembus semua lapisan masyarakat. Kalangan atau golongan tertentu yang awalnya
sulit ditembus oleh para pendakwah dengan sendirinyaakan menyerap nilai-nilai
dan faham yang ada di dalam karya sastra itu secara tidak langsung. Akibatnya,
karya sastra merupakan alat dakwahyang sangat efektif terhadap persebaran faham
atau ideologi tertentu.
Sejenak kita pahami bahwa Alquran adalahbahasa dan sastra
paling tinggi, coba perhatikan bagaimana Allah telah menceritakan begitu banyak
kisah para nabi dan rasul serta umat-umat terdahulu yang menjadi i’tibar (bahan
pertimbangan) bagi manusia untuk menjalani kehidupan masa yang akan datang,
kisah-kisah tersebut dengan bahasa yangpenuh
makna dan merupakan bagian dari sastra paling agung, dari kisah-kisah tersebut
dapat menambah kekuatan iman bagi mereka yang menadaburkan kandungan Alquran,
dengan demikian sastra begitu melekat dalam setiap benak anak Adam karena ia
tercipta dari realita kehidupan dan dituangkan menjadi sebuah karya (produk sastra).
Dalam bingkai keacehan sastra amatlahpenting untuk penegakan
kehidupan bersifat religius, karena Aceh pernah dilabelkan pusat
kebudayaan Islam termasuk
perkembangan karya sastra religi yang fenomenal, di Aceh sastra telah
berkembang seiring zaman perkembangan peradaban dan sejarah dari abad ke abad
serta baru dikenal (disalin) pada abad ke-14, dalam sejarah telah tercatat pula
bagaimana Teungku Chik Haji Muhammad Pante Kulu seorang ulama besar Aceh dengan
karyanya “Hikayat Prang Sabil” telah mengilustrasikan ruh-ruh para pejuang
dimasa itu,
“Hikayat Perang Sabil” terdiridari 4 kisah yakni, kisah
“Ainul Mardijah:, kisah “Pasukan Gajah”, kisah “Sa’id Salmy” dan kisah “Budak
Mati Hidup Kembali”. Dalam kajian lebih lanjut terdiri dari empat bagian
(cerita). Pertama, mengisahkan tentang Ainul Mardhiah, sosok bidadari dari
surga yang menanti jodohnya orang-orang syahid yang berperang di jalan Allah.
Kedua, mengisahkan pahala syahid bagi orang-orang yang tewas dalam perang
sabil. Ketiga, mengisahkan tentang Said Salamy, seorang Habsyi berkulit hitam
dan buruk rupa. Keempat, menceritakan tentang kisah Muda Belia yang sangat
mempengaruhi jiwa para pemuda untuk berjihad di medan perang melawan kezaliman
penjajahan Belanda.
Tak hanya Teungku Chik Haji Muhammad Pante Kulu, Syeh Hamzah
Fansuri juga telahmenyampaikan syiar keimanan melalui syair, salah satunya
“Perahu”, Hamzah Fansuri menyajikan syair “perahu” dengan kata-kata indah yang
berisikan tentang perjalanan hidup manusia mencapai pulau kemenangan yaitu
akhirat dan bagaimana membenahi iman agar ketika kita mengarungi jalan
tersebut,kita melaluinya dengan sebaik-baiknya. Nilai yang terkandung dalam
bait ini adalah nilai tauhid kini syair “Perahu” telah di jadikan lagu oleh
Rafly Kande (musisi Aceh).
Berangkat dari histori tersebut kini di zaman dunia cyber
nan maya dimana media online bisa menjadi distributor produk sastra yang
menyuplai pesan-pesan sampai kepada konsumen di dunia maya. Apresiasi sastra
harus kembali bangkit dalam rangka membumikan gaya hidup islami di bumi Serambi
Mekkah, sudah saatnya Aceh kembali berjaya dan menjadi muara karya-karya sastra
religi (islami). karena apresiasi sastra tidak hanya terbatas pada tulisan
namun lebih luas dari itu, sastra ada dan hidup dan berkembang di benak anak
Adam dan tertuang dalam karya-karya yang diciptakan, karya sastra juga tidak
terbatas pada syair, puisi atau novel namun film, drama ,teaterikalbahkan
pentas musikalisasi puisi.
Himbauan bagi para pegiat serta pecinta sastra di Aceh untuk
mempertimbangkan konsumen secara global dengan landasan pola islami, tuangkan
imaginasi yang layak untuk Negeri Ujung Barat Indonesia yang kita cintai,
semoga dengan sastra religi (islami), perwujudan gaya hidup islami bisa
mengantarkan kepada penetapan syariat Islam di Aceh
dengan kaffah. Wallahualam.
Oleh: Farhan Zuhri Baihaqi
Alumnus Bahasa dan Sastra Arab UIN Ar-Raniry
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Pemanfaatan Sastra Religi di Aceh (Formula Lifestyle Islami), https://aceh.tribunnews.com/2017/07/23/pemanfaatan-sastra-religi-di-aceh-formula-lifestyle-islami.
Editor: bakri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar